Tugas Bahasa Indonesia : Makalah Matematika
MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam proses belajar
mengajar ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar
siswa, yaitu bahan belajar, suasana belajar, media, sumber belajar dan guru sebagai subjek
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut sangat penting dalam proses belajar,
sehingga melemahnya satu atau lebih komponen dapat menghambat tercapainya
tujuan belajar yang optimal.
Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagai sumber belajar, dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu guru sebagai subjek pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat dan menarik, sehingga bahan pelajaran yang akan disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan baik.
Konsep-konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak. Salah satu jembatan agar siswa mampu berpikir abstrak tentang matematika ialah dengan menggunakan media pendidikan dan alat peraga. Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual, anak SD yang masih dalam tahap operasi konkret, maka siswa SD dapat menerima konsep-konsep matematika yang abstrak melalui benda benda yang konkret.
Untuk membantu hal tersebut, perlu dilakukan manipulasi-manipulasi objek yang digunakan untuk belajar matematika yang lazimnya disebut alat peraga. Keterampilan berhitung merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Dengan adanya media pendidikan atau alat peraga, siswa diharapkan dapat mengikuti pelajaran matematika dengan senang dan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Semakin siswa bersikap positif terhadap matematika, semakin meningkat mutu hasil pembelajarannya.
Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagai sumber belajar, dipilih atas dasar tujuan dan bahan pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu guru sebagai subjek pembelajaran harus dapat memilih media dan sumber belajar yang tepat dan menarik, sehingga bahan pelajaran yang akan disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan baik.
Konsep-konsep dalam matematika itu abstrak, sedangkan umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak. Salah satu jembatan agar siswa mampu berpikir abstrak tentang matematika ialah dengan menggunakan media pendidikan dan alat peraga. Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual, anak SD yang masih dalam tahap operasi konkret, maka siswa SD dapat menerima konsep-konsep matematika yang abstrak melalui benda benda yang konkret.
Untuk membantu hal tersebut, perlu dilakukan manipulasi-manipulasi objek yang digunakan untuk belajar matematika yang lazimnya disebut alat peraga. Keterampilan berhitung merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Dengan adanya media pendidikan atau alat peraga, siswa diharapkan dapat mengikuti pelajaran matematika dengan senang dan gembira sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Semakin siswa bersikap positif terhadap matematika, semakin meningkat mutu hasil pembelajarannya.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi, yaitu seberapa pentingkah penggunaan alat peraga dalam meningkatan hasil belajar matematika melalui proses pembelajaran.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan utama makalah ini adalah agar penulis
secara pribadi dan calon guru pada umumnya mampu memahami bahwa alat peraga dan media sangat
penting dalam menanamkan konsep matematika. Tentu harapannya ialah implementasi dari
suatu ilmu yang akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan pembelajaran.
BAB 2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Sudjana (1989) adalah proses yang ditandai dengan adanya perbuahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan aspek individu dan implementasi ilmu.
Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan lingkungannya. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau tuntunan dari buku pelajaran. Jenis belajar yang paling utama ialah untuk berpikir kritis yang lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis. Proses belajar dikatakan berhasil apabila pelajar telah sanggup menerapkan apa yang didapatkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.
2.2. Faktor-faktor Pembelajaran
Faktor-faktor dalam pembelajaran antara lain udara, cuaca, waktu, tempat, gedung, alat-alat, motivasi, buku dan fasilitas yang menunjang. Semua faktor yang termasuk golongan ini perlu dilengkapi dan diatur mengingat situasi dan kondisi tempat.
Motivasi adalah suatu tingkah laku berupa keinginan seseorang melakukan kegiatan dalam rangka mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap. Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak aktivitas, bila motornya tidak ada maka aktivitas tidak akan terjadi. Motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang sedang belajar itu sendiri.
2.3. Belajar Matematika
Belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi-materi yang dipelajari, serta menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Peserta didik lebih mudah mengingat matematika bila yang dipelajari merupakan pola yang terstruktur, real, konkret dan dinamis. Perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil belajar matematika mempunyai empat aspek, yaitu fakta, konsep, prinsip dan skill.
Fakta adalah sesuatu yang diyakini dan dipahami secara umum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : simbol, angka dan notasi.
Konsep adalah ide
abstrak yang dimungkinkan untuk mengelompokkan benda-bend ke dalam contoh atau bukan contoh. Konsep memiliki tiga dimensi yaitu.
1) Internalisasi pengembangan pola mental untuk menggunakan konsep.
1) Internalisasi pengembangan pola mental untuk menggunakan konsep.
2) Kemampuan
mendefinisikan konsep.
3) Nama konsep
Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antar konsep dan prinsip pokok disebut teorema. Teorema yang disajikan biasanya dalam bentuk rumus. Contoh dari prinsip ialah penjumlahan dua bilangan real yang dinamakan komutatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan berpotongan di satu titik.
Skill adalah
keterampilan fisik dan mental untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan suatu masalah, serta kemampuan
memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contohnya kemampuan menyelesaikan
materi pengukuran luas daerah suatu bidang, baik dalam konsep persegi, persegi panjang, maupun konsep
lainnya.
Depdiknas (2004) memaparkan fungsi matematika sekolah ialah sebagai salah satu unsur masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan sekolah.
Depdiknas (2004) memaparkan fungsi matematika sekolah ialah sebagai salah satu unsur masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan sekolah.
2.4. Tujuan
Pembelajaran Matematika
Menurut Depdiknas (2004) tujuan umum
diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar ialah sebagai
berikut.
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dan penerapan matematika.
Menurut Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di SD ialah sebagai berikut.
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung.
2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan
melalui kegiatan matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama.
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama.
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD setelah selesai mempelajari matematika
bukan saja diharapkan memiliki sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir
logis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus
mampu menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki
pengetahuan matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari
matematika lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.
2.5. Hubungan Alat Peraga dan Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya secara individual manusia itu berbeda-beda. Demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda. Anak belajar melalui dunia nyata menuju ke dunia abstrak dengan memanipulasi benda-benda nyata dapat digunakan sebagai perantaranya. Setiap konsep abstrak dalam matematika yang baru dipahami anak perlu segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat dan tahan lama tertanam di ingatan, sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindakan.
Alat peraga merupakan bagian dari media pendidikan, penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) mata pelajaran matematika. GBPP ini disusun bertujuan untuk mempertinggi mutu pembelajaran dan hasil belajar disekolah.
Ada beberapa fungsi penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika, diantaranya sebagai berikut.
a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar. Anak senang dan bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.
c. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.
d. Konsep-konsep abstrak matematika yang tersajikan dalam bentuk model matematika dapat dijadikan objek penelitian dan dapat pula dijadikan alat untuk penemuan ide-ide baru dan relasi-relasi baru dalam menunjang proses belajar.
Maka jelas bahwa penggunaan alat
peraga dapat sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar. Alat peraga dapat mengatasi
beberapa masalah pengajaran dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa alat peraga pada proses pembelajaran matematika sangat berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar siswa sekolah dasar yang baik. Alat peraga tersebut akan mempermudah siswa dalam memahami matematika secara konkret menuju pemahaman selanjutnya yang lebih abstrak. Tentu saja hal tersebut dapat memperbaiki mutu pendidikan matematika di sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Garis-Garis Besar Program Pengajaran dan Penilaian Pada
Sistem Semester tentang Satuan Pendidikan SD. Jakarta : Depdiknas Dirjen.
Hamalik, O. 1993. Metode dan Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.
Hudojo. 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : Depdikbud.
Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ruseffendi. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Uniersitas Terbuka.
Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Press.
Sudjana, N. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Lembaga Penelitian IKIP Band.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar